Beras Oplosan: Waspada, Konsumen Takut Konsumsi!

Beras Oplosan: Waspada, Konsumen Takut Konsumsi!

Siapa sangka, di balik nasi pulen dan wangi yang kita santap setiap hari, tersimpan sebuah cerita yang cukup menggegerkan dan membuat banyak konsumen gelisah. Belakangan ini, isu beras oplosan mencuat ke permukaan, menyeret beberapa merek beras premium yang selama ini dipercaya banyak keluarga. Praktik curang ini, di mana beras premium dicampur dengan beras kualitas medium, tentu saja bikin kaget. Bukan cuma soal harga, tapi juga soal kepercayaan dan kualitas yang dijanjikan.

Bayangkan saja, selama ini kita rela merogoh kocek lebih dalam demi beras yang dijamin bersih, pulen, dan wangi. Tiba-tiba, muncul kabar bahwa apa yang kita bayar tidak sebanding dengan kualitas yang didapatkan. Wajar saja jika banyak konsumen yang kini merasa was-was, bahkan sampai takut untuk mengonsumsi beras yang sudah jadi kebutuhan pokok ini.

Konsumen Terpukul: Antara Kaget dan Kecewa

Meuthia Nafasya (25), seorang karyawan swasta di Jakarta, tak bisa menyembunyikan keterkejutannya saat mengetahui kasus ini. “Jujur saya kaget ada kasus ini, setelah mencari tahu ternyata beras yang biasanya saya konsumsi yakni Raja Ultima atau Sania masuk di dalamnya,” ungkap Meuthia. Ia yang sudah setia dengan beras premium sejak kuliah di tahun 2018, kini merasa seperti dikhianati. Selama ini, pilihannya jatuh pada beras premium karena kemudahan mendapatkannya di minimarket serta kualitasnya yang dianggap ‘enak, pulen, bersih, dan wangi’, jauh berbeda dari beras eceran. Rasa nyaman dan praktis itulah yang membuatnya betah.

Meuthia juga menambahkan bahwa ia selalu percaya pada kualitas merek-merek premium tersebut karena harganya yang lebih tinggi dibandingkan beras biasa. Ada asumsi bahwa harga sebanding dengan kualitas, dan asumsi inilah yang kini hancur. Setelah kasus pengoplosan ini mencuat, Meuthia mulai mempertimbangkan untuk mencari alternatif lain. Meskipun, untuk sementara waktu, stok yang ada di rumah masih akan dihabiskan, namun keraguan sudah tertanam dalam benaknya. “Saya jadi mikir dua kali kalau mau beli lagi merek itu,” ujarnya, menunjukkan dampak psikologis yang mendalam pada keputusan belanjanya.

Baca Juga  Balai Desa Kendawa Menguning Menyambut Kedatangan Pamor Wicaksono, SH

Kisah serupa datang dari Puja Pratama (23), yang juga sudah terbiasa dengan beras premium merek Sania dan Raja Platinum sejak tahun 2019. Rasa takut pun menghinggapinya. “Wah saya juga takut karena kasus ini. Misalnya oplosan walaupun harga tak beda jauh tetap saja merugikan karena tidak sesuai dengan apa yang kita bayar,” tuturnya. Baginya, memilih beras premium adalah soal kepraktisan dan ukuran kemasan 5 kilogram yang pas untuk kebutuhan bulanan, sangat ideal untuk mahasiswa atau pekerja muda yang tinggal sendiri. Ia menekankan bahwa meskipun selisih harga mungkin tidak terlalu besar, prinsip kejujuran dalam berdagang adalah yang paling utama. Jika kualitas tidak sesuai janji, maka itu adalah bentuk kerugian yang tak bisa ditolerir.

Meski ada kekhawatiran, Puja belum berencana langsung beralih. Ia masih berharap ada merek lain yang bisa dipercaya di pasaran, atau mungkin, merek yang disinyalir bermasalah ini akan segera diperbaiki kualitasnya. Ia juga menyadari bahwa menemukan beras yang benar-benar premium dengan harga terjangkau tidak semudah membalik telapak tangan, terutama di tengah hiruk pikuk kota besar. “Semoga ada solusi dari pemerintah atau produsen biar kita nggak ragu lagi,” harapnya.

1
2
CATEGORIES
TAGS
Share This

COMMENTS

Wordpress (0)
Disqus ( )