
Ancaman Karhutla: Target FOLU Net Sink 2030 di Ujung Tanduk
Halo Pembaca Setia! Bicara soal lingkungan hidup, rasanya tidak ada yang lebih mendebarkan dari tantangan perubahan iklim. Indonesia, dengan kekayaan hutan yang melimpah, punya peran penting dalam upaya global ini. Salah satunya adalah komitmen ambisius kita untuk mencapai target FOLU Net Sink 2030, yaitu kondisi di mana sektor kehutanan dan penggunaan lahan lainnya (Forestry and Other Land Use/FOLU) mampu menyerap emisi karbon lebih banyak daripada yang dilepaskan. Sebuah janji besar, bukan?
Namun, di tengah semangat itu, muncul satu “momok” klasik yang terus menghantui: kebakaran hutan dan lahan, atau yang akrab kita sebut Karhutla. Ya, ancaman Karhutla ini bukan sekadar berita musiman. Ini adalah tembok besar yang bisa meruntuhkan semua upaya dan target yang sudah kita susun rapi. Bayangkan, jutaan ton emisi karbon bisa terbang begitu saja ke atmosfer setiap kali api melalap habis paru-paru dunia kita. Seram, kan?
Mengapa FOLU Net Sink 2030 Begitu Penting?
Sebelum kita lebih jauh membahas si jago merah, mari kita pahami dulu apa itu FOLU Net Sink 2030. Sederhananya, ini adalah target ambisius Indonesia untuk menjadikan sektor kehutanan dan lahan sebagai penyerap karbon bersih pada tahun 2030. Artinya, kita ingin penyerapan karbon oleh hutan dan lahan kita bisa mencapai minus 140 juta ton CO2 ekuivalen (CO2e). Angka ini menunjukkan bahwa hutan kita tidak hanya netral, tapi juga secara aktif mengurangi jumlah karbon di atmosfer. Ini adalah langkah krusial dalam mitigasi perubahan iklim global, menunjukkan komitmen kuat Indonesia di mata dunia.