Aprindo Tarik Semua Beras Premium Oplosan dari Ritel: Ini Dampaknya!

Aprindo Tarik Semua Beras Premium Oplosan dari Ritel: Ini Dampaknya!

“Distribusi tetap berjalan, tetapi harganya diturunkan sesuai dengan isi komposisi tersebut,” kata Helfi.

Satgas Pangan bahkan sudah menerima surat dari beberapa produsen yang menyatakan kesiapan menurunkan harga jual. Hal ini dianggap lebih rasional ketimbang menarik seluruh produk dan membuang logistik yang sudah beredar.

“Jangan harga komposisinya Rp12.000, tapi dijual Rp16.000. Itu merugikan masyarakat,” tegasnya.

Siapa Bertanggung Jawab? Produsen Disorot

Dalam perkembangan terakhir, lima merek beras dari tiga produsen tengah dalam pengusutan atas dugaan pengoplosan. Rinciannya:

  • PT PIM dengan merek Sania

  • PT FS dengan merek Setra Ramos Biru, Merah, dan Pulen

  • Toko SY dengan merek Jelita dan Anak Kembar

Menurut Helfi, kini setiap produsen wajib menandatangani komitmen bahwa produk beras yang mereka titipkan ke gerai ritel adalah produk yang memenuhi standar mutu. Jika bermasalah, tanggung jawab ada sepenuhnya di tangan produsen.

“Produsen menyatakan bahwa beras yang dijual ini sudah sesuai ketentuan, dan mereka yang bertanggung jawab,” jelas Helfi.

Di Antara Mutu dan Bisnis: Tantangan Ritel Modern

Kisruh ini membuka luka lama di sektor pangan: ketidakjelasan rantai pasok, minimnya pengawasan mutu, dan kecenderungan produsen memanfaatkan celah pasar dengan memainkan harga dan label. Ritel modern yang menjadi garda depan distribusi justru rentan menjadi kambing hitam jika tidak selektif terhadap produk yang dijual.

Aprindo, dalam posisi ini, mencoba menjadi penengah. Mereka menarik barang, menjaga citra, namun enggan memicu konflik terbuka dengan produsen. Sebuah pilihan yang diplomatis, meski tak serta-merta menyelesaikan akar persoalan: bagaimana memastikan kualitas pangan sesuai dengan labelnya?

Saatnya Reformasi Transparansi Pangan

Skandal beras premium oplosan ini adalah alarm keras. Di tengah harga beras yang terus berfluktuasi, kepercayaan konsumen menjadi modal utama. Ketika label “premium” ternyata tidak lebih dari bungkus semu, maka seluruh ekosistem perdagangan ritel—dari produsen, distributor, hingga toko—ikut terkena dampaknya.

Baca Juga  BYD Atto 1 Resmi Meluncur di Indonesia: Mobil Listrik Kompak Mulai Rp 195 Juta!

Reformasi transparansi, pengawasan mutu, dan edukasi konsumen harus menjadi agenda utama. Karena jika tidak, bukan hanya pasokan yang langka—tapi juga kepercayaan publik yang habis.

1
2
CATEGORIES
TAGS
Share This

COMMENTS

Wordpress (0)
Disqus ( )