
Dari “Aura Farming” ke Panggung Dunia: Kisah Rayyan dan Pacu Jalur Riau yang Mendunia
“Aura Farming”: Tren Gen Z yang Tak Sekadar Gaya
Istilah “aura farming” sendiri sudah beredar di TikTok sejak awal 2024. Konsepnya sederhana: menampilkan diri seolah menjadi pusat perhatian, penuh karisma dan percaya diri. Tapi pada level yang lebih dalam, ini adalah bentuk ekspresi identitas Gen Z—yang mencari autentisitas, bukan hanya pencitraan.
Bagi generasi muda, aura bukan lagi soal kekuasaan atau keturunan, tapi soal bagaimana seseorang hadir dan membawa pengaruh—dengan caranya sendiri. Dalam konteks ini, Rayyan adalah simbol sempurna dari tren tersebut: ia tampil tanpa dibuat-buat, dan justru karena itulah ia jadi sorotan.
Ketika Lokal Jadi Global
Apa yang dilakukan Rayyan bukan sekadar menari di ujung perahu. Ia secara tidak langsung menjembatani dunia lama dan dunia baru. Tradisi Pacu Jalur yang sebelumnya hanya dikenal di lingkungan lokal, kini menjadi simbol kebanggaan Indonesia.
Kisah Rayyan juga mengajarkan bahwa budaya tidak harus dikemas ulang secara ekstrem untuk bisa diterima dunia. Kadang, cukup ditampilkan apa adanya—dengan kebanggaan dan semangat—dan dunia akan memperhatikannya.
Viral yang Mengakar
Dalam dunia yang serba cepat dan penuh distraksi, kisah Rayyan menunjukkan bahwa hal sederhana, jika dilakukan dengan ketulusan dan otentisitas, bisa menggema luas. Ia tidak mengejar kamera, tapi kamera yang mengejarnya. Ia tidak mencari spotlight, tapi spotlight datang padanya.
Aura farming mungkin tren, tapi Pacu Jalur adalah warisan. Dan ketika keduanya bertemu dalam sosok Rayyan, hasilnya adalah kekuatan budaya yang mendunia.
Dan mungkin, ini baru awal dari banyak budaya lokal Indonesia yang menunggu untuk dikenali dunia—asal kita berani menampilkannya, dengan cara yang jujur dan mengakar.
