
Di Tengah Sidang dan Tekanan Mental, Nirina Zubir Masih Lawan Mafia Tanah
Seruan Keras: Mafia Tanah Harus Diberantas Sekarang, Bukan Nanti
Lebih dari sekadar berbicara untuk diri sendiri, Nirina juga menyoroti komitmen pemerintah yang menurutnya belum sepenuhnya terlihat nyata dalam pemberantasan mafia tanah.
“Sudah terlalu banyak korbannya. Ini bukan cuma soal artis. Masyarakat biasa juga banyak banget yang jadi korban,” tegasnya.
Ia menyerukan kepada pemerintah agar tidak menunda-nunda penindakan. Langkah konkret dan sistemik sangat dibutuhkan, bukan sekadar pernyataan.
“Ayo, sekarang! Kalau memang mau berantas mafia tanah, let’s go! Kasih kami bimbingan. Apa yang harus kami lakukan? Bagaimana penyelesaiannya? Tolong selesaikan secara tuntas!” seru Nirina, lantang namun penuh harap.
Harapan: Keadilan yang Utuh, Bukan Setengah Hati
Kasus ini telah menguras tenaga, tapi Nirina tak menyerah. Ia tetap percaya bahwa kebenaran akan menemukan jalannya—selama ada tekad untuk melawan, dan negara hadir bukan hanya sebagai penonton.
“Yang kami harapkan sebenarnya cuma satu: keadilan. Selesai. Kami ingin bisa kembali hidup normal tanpa dihantui gugatan-gugatan baru setiap minggu,” ucap Nirina.
Perjuangan Nirina menjadi pengingat bahwa mafia tanah bukanlah hal sepele. Ia bisa masuk ke rumah siapa saja, merampas hak siapa saja, dan menghancurkan kehidupan siapa saja.
Dan bila negara tidak serius melawannya, maka setiap jengkal tanah bisa berubah menjadi medan perampokan legal.