
Global Sumoud Flotilla: Perlawanan Sipil Melawan Genosida
Menghadapi Blokade Israel: Risiko Nyata, Niat Tegas
Misi seperti ini bukan tanpa risiko. Armada sipil Handala, yang mencoba menembus laut Gaza bulan lalu, berhasil mencapai 70 mil lepas pantai Gaza sebelum dicegat dan dipaksa masuk ke pelabuhan Ashdod oleh Angkatan Laut Israel.
Meski demikian, aktivis tak gentar. Mereka melihat bahwa keberhasilan Handala mencapai titik itu—lebih jauh dari upaya sebelumnya seperti Mavi Marmara (72 mil), Madeleine (110 mil), dan Al-Dameer (1.050 mil)—adalah sinyal bahwa pengepungan bisa dilawan, perlahan tapi pasti.
Gaza dan Genosida yang Tak Terbantahkan
Sejak 7 Oktober 2023, blokade Israel atas Gaza semakin brutal. Pada 2 Maret 2024, seluruh penyeberangan bantuan ditutup total, termasuk jalur medis dan kemanusiaan. Hasilnya adalah kelaparan massal yang telah menewaskan setidaknya 159 warga Palestina, termasuk 90 anak-anak.
Global Sumoud Flotilla mencoba menjawab krisis ini dengan membuka koridor laut kemanusiaan—bukan hanya untuk mengirim makanan dan obat-obatan, tetapi juga sebagai tekanan moral dan diplomatik terhadap pemerintah dunia agar segera bertindak.
“Kita tidak bisa lagi berharap pada negara-negara besar. Warga sipil harus mengambil alih inisiatif,” kata Al-Mansouri. “Sudah cukup kita menyaksikan penderitaan Gaza tanpa berbuat apa-apa.”
Harapan Terakhir: Dari Laut, untuk Gaza
Flotilla ini membawa lebih dari sekadar bantuan fisik. Ia membawa harapan. Di tengah kelamnya dunia diplomasi yang tak kunjung menekan Israel secara tegas, armada sipil ini adalah tindakan nyata dari rasa kemanusiaan global.
Banyak yang menyamakan inisiatif ini dengan Mavi Marmara tahun 2010, yang berakhir tragis dengan serangan militer Israel dan korban jiwa. Namun, Global Sumoud Flotilla belajar dari sejarah dan kini lebih terorganisir, lebih luas, dan memiliki dukungan moral internasional yang jauh lebih besar.
Bagi rakyat Gaza, mungkin ini bukan solusi instan. Namun melihat kapal datang dari jauh, bukan dengan senjata tetapi dengan solidaritas, bisa menjadi cahaya kecil di tengah langit yang pekat.
Ketika Laut Menjadi Jalan Perlawanan
Jika daratan tertutup dan langit tak lagi aman, maka laut menjadi harapan terakhir. Global Sumoud Flotilla membuktikan bahwa di tengah kebungkaman institusi-institusi besar dunia, masih ada ribuan orang yang percaya bahwa keadilan bisa diperjuangkan oleh warga biasa—dari pelabuhan ke pelabuhan, dari satu kapal ke kapal lainnya.
Dan mungkin, hanya mungkin, kapal-kapal itu akan menjadi suara yang lebih nyaring daripada semua pidato di panggung politik dunia.