Ironi Starlink: Antara Akses Oposisi Myanmar dan Fasilitator Kejahatan Digital Global

Ironi Starlink: Antara Akses Oposisi Myanmar dan Fasilitator Kejahatan Digital Global

Ironi Kemanusiaan: Dari Perbudakan Digital ke Pembungkaman Politik

Kritik terhadap Starlink tidak berhenti di isu kriminalitas semata. Dalam laporan yang dirilis PBB, kamp-kamp penipuan ini juga mengandung elemen perdagangan manusia dan perbudakan modern. Ribuan orang dari berbagai negara, termasuk korban penculikan seperti aktor Tiongkok Wang Xing, telah menjadi korban sistem yang mengerikan ini.

Namun di sisi lain, teknologi Starlink juga menjadi satu-satunya saluran komunikasi yang dapat diandalkan bagi kelompok sipil dan oposisi di Myanmar, terutama setelah kudeta militer pada 2021. Junta militer Naypyidaw telah memberlakukan pemadaman internet secara berkala dan memblokir akses terhadap media sosial.

Dalam konteks ini, Starlink bagaikan pedang bermata dua: ia membuka akses kebebasan informasi, namun di saat yang sama dimanfaatkan oleh kelompok kriminal terorganisir untuk menjalankan mesin penipuan global yang brutal.

Negara-Negara Mulai Bergerak, Tapi Masalahnya Tak Sesederhana Memutus Sinyal

Thailand menjadi salah satu negara yang telah mengambil langkah konkret. Sejak Februari 2025, mereka memutus pasokan listrik, bahan bakar, dan jaringan komunikasi di perbatasan Myawaddy, sebuah kota yang dikenal sebagai pusat kamp penipuan. Tapi lagi-lagi, solusi berbasis infrastruktur tradisional itu dengan mudah dijebol oleh teknologi satelit.

Elon Musk dan SpaceX kini berada dalam dilema etis dan bisnis. Apakah mereka akan bertindak tegas dengan memutus layanan di wilayah-wilayah abu-abu tersebut, atau mempertahankan akses dengan risiko menjadi penyedia tidak langsung bagi jaringan kriminal berskala internasional?

Baca Juga  Zuckerberg: 90% Kode Akan Ditulis AI, Ini Dampaknya untuk Mahasiswa IT
1
2
CATEGORIES
TAGS
Share This

COMMENTS

Wordpress (0)
Disqus ( )