
Jejak Sejarah di Perut Jakarta: MRT Temukan Artefak Kolonial dan Granat Lama
Dari Temuan ke Pameran: Galeri Sejarah di Dalam Stasiun
Temuan-temuan ini tidak berhenti sebagai catatan laporan proyek. MRT Jakarta, bersama Dinas Kebudayaan DKI dan tim ahli UI, berkomitmen untuk merawat sekaligus memamerkannya kepada publik melalui ruang-ruang bawah tanah yang akan difungsikan sebagai galeri sejarah.
Galeri tersebut akan hadir di dua stasiun ikonik: Stasiun Monas dan Stasiun Kota. Di Stasiun Monas, pengunjung akan disuguhkan tema arsitektur bangunan bersejarah dan narasi tentang pembangunan kota dari masa ke masa. Sementara di Stasiun Kota, berbagai artefak dan benda-benda cagar budaya yang ditemukan selama penggalian akan dipamerkan.
“Kami sedang berkoordinasi dengan Dinas Kebudayaan DKI Jakarta untuk mengkurasi benda-benda apa saja yang layak dan aman untuk dipamerkan,” tambah Weni.
Galeri ini bukan hanya menjadi tempat dokumentasi visual, tetapi juga bagian dari pendidikan publik, bahwa modernisasi tidak selalu berarti menghapus masa lalu—ia bisa merangkul dan merayakannya.
Infrastruktur Modern, Konteks Sejarah
Apa yang dilakukan MRT Jakarta menjadi contoh penting bagaimana pembangunan infrastruktur dapat berjalan beriringan dengan pelestarian warisan budaya. Ini juga menjadi pengingat bahwa Jakarta bukan hanya kota megapolitan dengan masalah kemacetan, melainkan kota yang menyimpan lapisan sejarah di balik setiap sentimeter tanahnya.
Pendekatan kolaboratif antara PT MRT, Dinas Kebudayaan, dan kalangan akademisi ini mencerminkan kesadaran baru bahwa setiap penggalian bukan hanya soal proyek fisik, tetapi juga soal menyentuh akar identitas kota.
Ketika kelak masyarakat menaiki MRT dari Stasiun Kota ke Monas, mereka tidak hanya menempuh perjalanan ruang dan waktu secara fisik, tetapi juga menyusuri jejak sejarah kota yang selama ini tersembunyi di bawah kaki mereka.
