
Kami Mitra, Bukan Buruh: Ojol Tuntut Keadilan di Jalanan Jakarta
Di tengah hiruk-pikuk Ibu Kota, suara dari jalanan kembali menggema. Bukan dari elite parlemen atau ruang diskusi formal, melainkan dari ribuan pengemudi ojek online yang menamakan diri mereka Unit Reaksi Cepat (URC). Dengan mengusung tema “Dari Ojol, Oleh Ojol, Untuk Ojol”, mereka akan menggelar aksi unjuk rasa pada Kamis, 17 Juli, di kawasan Patung Kuda, Monas, Jakarta Pusat.
Melawan Ketidakpastian Hukum yang Menindas
Achsanul Solihin, Jenderal Lapangan URC Bergerak, menyatakan bahwa aksi ini bukan sekadar demonstrasi biasa, melainkan bentuk perlawanan terhadap ketidakpastian hukum yang selama ini menjerat para pengemudi ojek online. Ia menyebut kebijakan yang dibuat justru semakin menyudutkan pengemudi sebagai pihak yang tak punya suara dalam sistem digitalisasi transportasi.
“Kami bukan buruh, kami mitra mandiri. Kami menolak regulasi yang memaksa pengemudi masuk dalam sistem kerja subordinatif. Sudah cukup kami diam, sekarang kami bicara,” ujar Achsanul dengan tegas.
Pernyataan ini menggarisbawahi posisi para pengemudi ojol yang selama bertahun-tahun berada dalam area abu-abu hukum—dianggap bukan karyawan tetap, tetapi juga tidak sepenuhnya mandiri karena harus tunduk pada algoritma dan aturan main aplikator.
Tiga Tuntutan Utama: Status, Komisi, dan Payung Hukum
Aksi massa ini membawa tiga tuntutan krusial yang diyakini mewakili suara mayoritas pengemudi ojol di Indonesia:
