Ketika Nadiem dan Google Bertemu: Jejak Digital dalam Skandal Chromebook
Dugaan Konflik Kepentingan: Google, Gojek, dan Jejak Nadiem
Yang membuat perkara ini semakin pelik adalah dugaan adanya hubungan kepentingan antara kebijakan pengadaan Chromebook dengan investasi Google di Gojek. Nadiem, pendiri dan mantan CEO Gojek, disebut masih memiliki kedekatan strategis dengan jejaring investor perusahaan rintisan tersebut.
Kejaksaan kini sedang mendalami apakah kebijakan memilih Chromebook dari Google memberi keuntungan, baik langsung maupun tidak langsung, kepada Nadiem. Jika terbukti, maka ini bukan hanya pelanggaran etika jabatan, tapi bisa menjurus pada gratifikasi atau penyalahgunaan wewenang.
“Penyidik fokus ke sana, termasuk soal investasi Google ke Gojek. Kalau dua alat bukti sudah cukup, pasti kami tetapkan tersangkanya,” tegas Abdul Qohar, Direktur Penyidikan Jampidsus.
Reaksi Nadiem: Singkat dan Tertutup
Usai diperiksa untuk kedua kalinya sebagai saksi pada 15 Juli 2025, Nadiem hanya berkata singkat kepada media: “Saya ingin berterima kasih kepada Kejaksaan karena telah memberikan saya kesempatan untuk memberikan penerangan terhadap kasus ini.”
Jawaban ini tentu tidak menjawab pertanyaan publik yang menanti kejelasan: apakah benar digitalisasi pendidikan yang dijanjikan sebagai transformasi, ternyata hanya kedok bagi proyek pengadaan bermasalah?
Kritik dan Tanda Tanya yang Lebih Besar
Kasus ini membuka perdebatan yang lebih luas soal model kepemimpinan berbasis startup di ranah birokrasi. Apakah semangat inovasi yang dibawa dari dunia digital justru membuka celah konflik kepentingan? Apakah jaringan lama dari ekosistem korporasi ikut menyusup dalam proses penyusunan kebijakan publik?
Jika benar tim bayangan memengaruhi keputusan strategis negara, maka ini lebih dari sekadar kasus korupsi. Ini adalah soal integritas pemerintahan, transparansi, dan siapa sesungguhnya yang bekerja di balik layar kementerian.
