
Pendaki Asal Brasil Tewas di Rinjani: Siapa yang Harus Bertanggung Jawab?
Berita Daerah – Hari itu, langit di Gunung Rinjani masih biru terang ketika berita duka datang dari lereng curamnya. Juliana Marins, seorang warga negara Brasil, ditemukan meninggal dunia setelah jatuh ke jurang. Ia semula dikabarkan hilang selama beberapa jam sebelum akhirnya ditemukan tewas pada Rabu sore, 25 Juni 2025.
Pihak keluarga—melalui akun Instagram @resgatejulianamarins—menyebut kematian Juliana sebagai hasil dari “kelalaian besar.” Mereka menuduh bahwa evakuasi yang terlalu lambat membuat nyawa Juliana tak tertolong.
“Jika tim berhasil mencapainya dalam waktu yang diperkirakan 7 jam, Juliana masih akan hidup. Juliana pantas mendapatkan lebih,” tulis pernyataan keluarga.
Kini, jenazah Juliana telah dievakuasi ke Bali untuk proses autopsi. Namun, pertanyaan yang lebih besar muncul: Siapa yang bertanggung jawab atas keselamatan para pendaki di Rinjani?
Sistem Keamanan yang Renta
Gunung Rinjani adalah salah satu destinasi pendakian paling populer di Indonesia, menarik ribuan wisatawan domestik dan mancanegara setiap tahunnya. Tapi kasus kematian seperti ini bukan yang pertama—dan bisa jadi bukan yang terakhir jika sistem keamanan tidak dibenahi.
Untuk menelusuri siapa saja pihak yang bertanggung jawab terhadap keselamatan pendaki, kami berbicara dengan sejumlah pemangku kepentingan:
1. Operator Wisata & Guide Lokal
Menurut Mustaal, pendiri operator wisata Lombok Explorer, keselamatan pendaki sangat bergantung pada pemandu lokal yang terlatih.
“Masih banyak pendaki, termasuk turis asing, yang mendaki tanpa guide profesional. Padahal Rinjani itu bukan gunung sembarangan,” jelasnya.
Sementara Jago, pemandu gunung dengan pengalaman hampir 10 tahun di Rinjani, menyebut masih adanya tour operator abal-abal yang menawarkan paket murah dengan mengabaikan standar keamanan.
“Kadang mereka tak bawa HT (radio komunikasi), logistik minim, dan bahkan tak tahu jalur evakuasi,” keluhnya.
2. Taman Nasional Gunung Rinjani (TNGR)
TNGR adalah otoritas resmi yang mengatur zona konservasi Gunung Rinjani. Dalam laman resminya, mereka mengklaim telah menerapkan sistem pendaftaran online (eRinjani) untuk memantau jumlah pendaki dan memastikan mereka terdata.
Namun, dalam kenyataannya, tidak semua operator wisata mematuhi prosedur ini. Pendaki yang masuk lewat jalur tak resmi masih kerap ditemukan.