Perjanjian Dagang RI-Peru: Momen Penting Presiden Peru di Jakarta

Perjanjian Dagang RI-Peru: Momen Penting Presiden Peru di Jakarta

Suasana Bandara Internasional Soekarno-Hatta pada Minggu sore itu terasa sedikit berbeda. Sekitar pukul 16.00 WIB, sebuah pesawat mendarat mulus, membawa sosok penting dari benua Amerika Selatan. Presiden Republik Peru, Dina Ercilia Boluarte Zegarra, tiba di tanah air kita dengan setelan jas hijau yang rapi. Kedatangannya bukan sekadar kunjungan kenegaraan biasa, melainkan sebuah penanda babak baru dalam hubungan bilateral antara Indonesia dan Peru. Sambutan hangat dari Menteri Perdagangan Budi Santoso dan jajaran pejabat lainnya menunjukkan betapa seriusnya Indonesia menyambut kunjungan bersejarah ini.

Agenda utama Presiden Boluarte di Jakarta adalah pertemuan dengan Presiden Prabowo Subianto pada Senin (11/8). Namun, yang paling dinanti-nantikan adalah penandatanganan sebuah kesepakatan monumental: Indonesia-Peru Comprehensive Economic Partnership Agreement (IP-CEPA). Bayangkan saja, sebuah perjanjian dagang komprehensif yang telah melalui perundingan intensif selama bertahun-tahun kini siap diresmikan oleh kedua kepala negara. Ini bukan sekadar formalitas, melainkan hasil dari diplomasi panjang dan komitmen kuat kedua negara untuk membuka gerbang ekonomi yang lebih luas.

IP-CEPA: Jembatan Baru Kemitraan Ekonomi

Anda mungkin bertanya-tanya, apa sebenarnya IP-CEPA ini dan mengapa begitu penting? IP-CEPA adalah sebuah kerangka kerja sama ekonomi yang menyeluruh, dirancang untuk melampaui sekadar perdagangan barang. Perjanjian ini mencakup berbagai aspek, mulai dari pengurangan tarif, akses pasar yang lebih luas untuk barang dan jasa, investasi, hingga isu-isu kekayaan intelektual dan fasilitasi perdagangan. Intinya, IP-CEPA bertujuan untuk menciptakan lingkungan bisnis yang lebih kondusif dan saling menguntungkan bagi kedua negara.

Menteri Perdagangan Budi Santoso sendiri telah memastikan bahwa seluruh proses perundingan IP-CEPA telah rampung. Ini adalah kabar baik, mengingat betapa kompleksnya negosiasi perjanjian dagang sekelas CEPA yang melibatkan banyak sektor dan kepentingan. Dengan penandatanganan ini, kita bisa berharap akan ada arus barang, jasa, dan investasi yang lebih lancar antara Indonesia dan Peru, membuka peluang baru bagi pengusaha dan konsumen di kedua belah pihak.

Baca Juga  10 Organisasi Keagamaan Terkaya di Dunia: Dari Wall Street Hingga Indonesia

Menelisik Angka Perdagangan Bilateral

Mari kita intip sedikit data perdagangan antara Indonesia dan Peru. Angka-angka ini bisa memberikan gambaran mengapa Perjanjian Dagang RI-Peru ini begitu krusial. Sepanjang semester I tahun 2024, total nilai perdagangan bilateral kedua negara tercatat sebesar US$ 196 juta. Dari angka tersebut, ekspor Indonesia ke Peru mencapai US$ 153,8 juta, sementara impor kita dari Peru sebesar US$ 42,2 juta. Artinya, Indonesia mencatatkan surplus perdagangan yang cukup signifikan, yakni sebesar US$ 111,6 juta.

Bagaimana perbandingannya dengan tahun sebelumnya? Sepanjang tahun 2023, total nilai perdagangan mencapai US$ 444,3 juta. Ekspor Indonesia ke Peru menyumbang US$ 367,4 juta, dan impor dari Peru sebesar US$ 77 juta, dengan surplus perdagangan bagi Indonesia sebesar US$ 290,4 juta. Dari data ini, jelas terlihat bahwa neraca perdagangan kita dengan Peru selalu surplus. Ini menunjukkan potensi pasar yang besar bagi produk-produk Indonesia di Peru. Dengan adanya IP-CEPA, diharapkan surplus ini dapat terus meningkat dan diversifikasi produk yang diperdagangkan juga semakin luas, tidak hanya terbatas pada komoditas tertentu.

Potensi Besar di Balik Kemitraan Strategis

Kunjungan Presiden Boluarte dan penandatanganan IP-CEPA ini bukan hanya soal angka, tetapi juga tentang potensi yang belum terjamah. Peru, sebagai salah satu negara berkembang di Amerika Selatan, memiliki sumber daya alam melimpah dan pasar yang terus tumbuh. Begitu pula Indonesia, dengan kekuatan ekonominya yang terus merangkak naik di Asia Tenggara.

1
2
CATEGORIES
TAGS
Share This

COMMENTS

Wordpress (0)
Disqus ( )