
Sikap Israel: Mengapa Acuh ke Sekutu AS dan Palestina?
Ia juga menyoroti besarnya kekuatan lobi Yahudi secara global. Lobi ini beroperasi di berbagai bidang, mulai dari ekonomi, keuangan, jaringan informasi, hingga tekanan politik, yang pada akhirnya mampu menetralkan kebijakan Uni Eropa di masa depan. Bayangkan, lobi ini mampu mempengaruhi narasi, opini publik, dan bahkan keputusan politik di berbagai belahan dunia.
Pilar Ketiga: Lemahnya Solidaritas Dunia Islam
Poin ini mungkin cukup pahit untuk diterima. Rezasyah turut menilai bahwa lemahnya sikap tegas dari Organisasi Kerja Sama Islam (OKI) dan Liga Arab memperkuat posisi Israel. “Mereka lebih takut atas Iran daripada Israel,” katanya. Sebuah pernyataan yang cukup pedas, namun mengindikasikan adanya perpecahan prioritas di antara negara-negara Muslim.
Menurutnya, Israel dan AS telah menjalin banyak perjanjian bilateral dengan masing-masing negara anggota OKI dan Liga Arab, sehingga mengurangi kemungkinan blok ini bersatu menghadapi Israel. Ini menciptakan sebuah fragmentasi di antara negara-negara yang seharusnya menjadi garda terdepan pembela Palestina, membuat mereka sulit untuk bersuara dan bertindak secara kolektif.
Meskipun Demikian: Citra Israel Terkikis
Meskipun Israel tetap kokoh pada pendiriannya, ada satu hal yang tak bisa dimungkiri: citranya di mata dunia, bahkan di mata sebagian sekutu lamanya, telah terkikis habis. Yon Machmudi menekankan bahwa tragedi kemanusiaan di Gaza telah membuat sejumlah sekutu lama Israel mengubah sikap. Negara-negara seperti Prancis, Inggris, dan Australia disebut mulai mendukung Palestina setelah menyaksikan tindakan yang “di luar batas kemanusiaan,” termasuk strategi kelaparan massal terhadap warga Palestina.
Ini adalah perkembangan penting. Meskipun tidak secara instan mengubah Sikap Israel, erosi dukungan moral dan politik ini bisa menjadi tekanan jangka panjang. Ketika negara-negara mulai menjauh, isolasi diplomatik bisa menjadi konsekuensi serius, meski tidak secepat yang diharapkan.
Sebuah Teka-Teki Global yang Kompleks
Jadi, mengapa Israel tetap keras kepala? Jawabannya tidak tunggal, bukan sekadar ego atau keangkuhan. Ini adalah hasil dari persimpangan kompleks antara dukungan politik yang tak tergoyahkan (terutama dari AS), pengaruh lobi yang masif dan terstruktur, perpecahan di antara kekuatan lain yang seharusnya menjadi penyeimbang, dan kurangnya persatuan dari pihak yang paling terdampak. Meskipun dunia menuduhnya melanggar hukum internasional dan menolak solusi dua negara, kekuatan politik dan ekonomi yang menerus mendukung Israel membuatnya tetap kukuh pada pendiriannya.
Kisah ini adalah pengingat betapa rumitnya geopolitik Timur Tengah. Konflik ini jauh dari kata selesai, dan memahami faktor-faktor di baliknya adalah langkah pertama untuk mencari jalan keluar yang adil dan berkelanjutan bagi perdamaian yang sejati. Mari kita terus ikuti perkembangannya dan berharap ada titik terang di tengah kegelapan ini.