Zuckerberg: 90% Kode Akan Ditulis AI, Ini Dampaknya untuk Mahasiswa IT

Zuckerberg: 90% Kode Akan Ditulis AI, Ini Dampaknya untuk Mahasiswa IT

AI: Dari Asisten Menjadi Eksekutor Kode

Bukan lagi sekadar pelengkap otomatis dalam proses coding, kecerdasan buatan kini bersiap mengambil alih sepenuhnya. Dalam sebuah wawancara baru-baru ini, CEO Meta, Mark Zuckerberg, menyampaikan pernyataan mencengangkan: dalam waktu 12 hingga 18 bulan ke depan, AI diprediksi akan sepenuhnya menguasai proses pembuatan kode, mulai dari menulis, menguji, hingga memperbaiki bug.

Ini bukan sekadar angan-angan teknokrat. Zuckerberg menjelaskan bahwa sistem AI seperti Llama—produk buatan Meta—akan sanggup diberi goal, bukan sekadar potongan kode. Artinya, AI akan mampu memahami maksud sebuah program dan menyusun solusi lengkap secara mandiri.

“Saya tidak hanya bicara soal autocompletion. AI bisa menjalankan testing, menemukan masalah, dan menghasilkan kode dengan kualitas lebih tinggi dibandingkan programmer profesional,” ujar Zuckerberg.

Google dan Microsoft Sudah Jalankan

Meta bukan satu-satunya yang melangkah ke arah ini. Menurut laporan India Today, Google dan Microsoft sudah memanfaatkan AI untuk menulis sekitar 30% kode internal mereka. Angka ini bukan final—para CEO dari dua raksasa teknologi itu menyatakan bahwa dominasi AI di bidang ini akan terus meningkat.

Dario Amodei, CEO dari perusahaan AI Anthropic, bahkan menyebutkan bahwa dalam waktu 3 hingga 6 bulan ke depan, AI dapat menulis hingga 90% dari keseluruhan kode di beberapa organisasi teknologi besar.

Dengan fakta ini, pertanyaan besar pun muncul: Apakah masa depan coding manusia akan punah?

Potensi Ancaman bagi Karier Programmer

Pernyataan Zuckerberg dan para pemimpin teknologi lain mengindikasikan bahwa coding—dulu dianggap sebagai “bahasa masa depan”—mungkin akan menjadi pekerjaan masa lalu. AI bukan hanya meniru sintaks atau memperbaiki kesalahan. Ia belajar dari miliaran data kode dan mulai mengembangkan “gaya” dan “logika” pemrogramannya sendiri.

Baca Juga  Mira Murati dan Misi Besarnya: Menolak Zuckerberg Demi Masa Depan AI yang Lebih Manusiawi

CEO Nvidia, Jensen Huang, juga mengatakan bahwa coding tidak akan lagi menjadi jalur karier utama di dunia teknologi. Dalam visi Huang, masa depan teknologi justru membutuhkan peran kreatif, strategis, dan problem solver—bukan sekadar penulis baris kode.

“Orang-orang akan menjadi lebih kreatif. Coding yang repetitif akan sepenuhnya ditangani oleh AI,” imbuh Zuckerberg.

Tapi… AI Bukan Jawaban untuk Semua

Namun tidak semua pihak sependapat bahwa AI adalah akhir dari kuliah pemrograman.

Sebuah publikasi dari University of California San Diego menyebutkan bahwa AI seharusnya diposisikan sebagai partner kerja, bukan pengganti. Menurut James Gappy dan Norman McEntire—dua instruktur pemrograman yang terlibat dalam riset itu—AI masih memiliki keterbatasan mendasar:

  • AI hanya sebaik data yang diterimanya.

  • AI dapat menghasilkan kode yang bias atau menyesatkan.

  • AI belum memahami konteks sosial dan etika secara penuh.

Mereka menegaskan bahwa programmer masa depan harus memiliki kemampuan adaptif dan berpikir kritis, bukan hanya mengandalkan skill mengetik kode.

1
2
CATEGORIES
TAGS
Share This

COMMENTS

Wordpress (0)
Disqus ( )