Lewotobi Awas: BNPB Mendesak Evakuasi Massal

Lewotobi Awas: BNPB Mendesak Evakuasi Massal

Halo, Sobat Pembaca! Pernahkah Anda membayangkan bagaimana rasanya hidup di kaki gunung yang setiap saat bisa mengamuk? Itulah yang tengah dirasakan saudara-saudara kita di Flores Timur, khususnya di sekitar Gunung Lewotobi Laki-laki. Gunung perkasa ini sedang menunjukkan taringnya, dan statusnya sudah mencapai Level IV alias “Awas”. Kondisi ini memicu desakan keras dari Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) agar seluruh warga segera meninggalkan zona bahaya. Namun, di tengah ancaman yang nyata, masih ada saja warga yang memilih bertahan. Mengapa demikian, dan apa upaya yang dilakukan pemerintah?

Sinyal Bahaya dari Lewotobi Laki-laki: Ketika Alam Berbicara Keras

Gunung Lewotobi Laki-laki, yang menjulang setinggi 1.584 meter di atas permukaan laut, bukan hanya sekadar pemandangan indah di Flores Timur. Ia adalah raksasa yang aktif, dengan sejarah erupsi eksplosif dan magmatik. Bayangkan, sejak tahun 2024 saja, status “Awas” sudah ditetapkan sebanyak enam kali. Ini bukan pertanda baik, melainkan sebuah peringatan serius dari alam.

Puncaknya terjadi pada Jumat malam (1/8) lalu. Lewotobi Laki-laki memuntahkan erupsi dahsyat yang tak main-main. Kolom abu membubung tinggi hingga 18 kilometer dari puncak kawah, menembus langit dan terlihat dari kejauhan. Beberapa jam kemudian, erupsi susulan kembali terjadi dengan tinggi kolom abu mencapai 10 kilometer. Abu vulkanik ini bukan hanya pemandangan mengerikan, tapi juga ancaman nyata. Ia bisa mengganggu pernapasan, merusak tanaman, hingga menghambat aktivitas penerbangan. Dampak letusan ini bahkan sudah meluas hingga ke wilayah selatan Nusa Tenggara Timur, menyelimuti area yang lebih luas dengan risiko kesehatan dan gangguan aktivitas.

Status “Awas” (Level IV) yang ditetapkan oleh Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi (PVMBG) berarti gunung tersebut berada dalam fase kritis yang sangat berpotensi menyebabkan bencana. Risiko letusan besar dengan ancaman awan panas (guguran material pijar), aliran lava, dan hujan abu lebat sangat tinggi. Area di sekitar puncak dan lereng gunung menjadi sangat tidak aman untuk dihuni.

Baca Juga  Berita Hukum Sepekan, Dari Korupsi 11 Triliun Hingga Kematian Musisi Gustiwiw

Mengapa Evakuasi Menjadi Kunci? Suara Peringatan dari BNPB

Melihat situasi yang semakin mengkhawatirkan, Kepala BNPB, Bapak Suharyanto, tak bisa menahan diri untuk mengeluarkan desakan yang sangat tegas. Dalam rapat terbatas dengan Pemerintah Kabupaten Flores Timur yang dipantau daring dari Jakarta, beliau berujar, “Gunung ini sudah tidak aman. Semua warga harus segera mengungsi dari wilayah rawan bencana. Tidak ada yang diperbolehkan kembali ke kampung halamannya.”

Pernyataan ini bukan sekadar imbauan biasa, melainkan perintah yang sarat akan kekhawatiran mendalam. Mengapa? Karena hingga saat ini, masih banyak warga Desa Boru dan sekitarnya yang ‘bandel’, enggan meninggalkan rumah mereka meskipun aktivitas vulkanik terus meningkat. Ini adalah dilema klasik dalam penanganan bencana. Di satu sisi, ada ancaman fisik yang mengintai. Di sisi lain, ada ikatan emosional dan materiil yang kuat antara warga dengan tanah kelahiran mereka. Mereka mungkin berpikir bisa mengawasi ladang atau hewan ternak, atau bahkan meremehkan bahaya yang ada.

1
2
CATEGORIES
TAGS
Share This

COMMENTS

Wordpress (0)
Disqus ( )