
Ketika Rudal Iran Jatuh, Militer Israel Bungkamkan Dunia
“Retorika mereka lebih condong pada propaganda politik daripada urgensi keamanan,” katanya kepada AFP.
Narasi Ganda di Timur Tengah
Menariknya, saat Israel mengecam Iran karena menargetkan rumah sakit, negara yang sama justru dikritik keras oleh komunitas internasional atas penghancuran sistem kesehatan di Gaza selama perang yang terus berkobar sejak 2024.
Human Rights Watch dan Amnesty International berulang kali menyuarakan bahwa Israel kerap menggunakan dalih keamanan untuk menyerang rumah sakit, mengklaim fasilitas tersebut digunakan oleh kelompok bersenjata.
Dengan dua standar narasi yang saling bertolak belakang, publik dunia jadi terjebak dalam permainan persepsi versus realita.
Apa yang Disembunyikan dari Dunia?
-
Apakah benar Iran berhasil menembus fasilitas militer Israel?
-
Berapa jumlah bangunan strategis yang rusak?
-
Apakah rudal Iran melumpuhkan infrastruktur penting seperti jaringan listrik atau pelabuhan?
-
Berapa banyak korban sipil yang tidak dilaporkan?
Pertanyaan-pertanyaan itu tidak akan pernah dijawab secara transparan selama kebebasan pers di wilayah konflik tetap dibungkam oleh sensor militer.
Demokrasi Tanpa Transparansi?
Israel, yang kerap disebut sebagai satu-satunya demokrasi di Timur Tengah, kini menghadapi krisis kepercayaan publik atas komitmennya terhadap kebebasan pers dan hak atas informasi.
Saat dunia mengawasi perang di Gaza dengan cermat, Israel kini juga membangun tembok informasi di dalam negerinya sendiri—mengontrol cerita yang keluar, dan membungkam yang tak sesuai.
Sensor adalah alat kekuasaan. Dan dalam konflik geopolitik, siapa yang mengontrol cerita, mengontrol simpati. Israel memilih untuk tidak terlihat lemah, bahkan jika itu artinya rakyatnya sendiri tidak tahu apa yang sebenarnya terjadi.
Karena bagi rezim yang mengandalkan kekuatan naratif, kebenaran adalah musuh terbesar.
Pantau terus serial “Geopolitik Timur Tengah 2025” hanya di SuaraBrebes.com – Warta Cerdas, Informasi Terpercaya.