
Sains Teknologi Nasional: Prabowo Dorong Inovasi Bangsa
Halo, para pembaca setia! Pernahkah Anda membayangkan bagaimana rupa Indonesia di tahun 2045 nanti? Sebuah Indonesia yang maju, berdaya saing global, dan sejahtera. Nah, visi besar ini ternyata punya “jantung” yang sangat penting, yaitu kemajuan di bidang sains dan teknologi. Presiden Republik Indonesia, Prabowo Subianto, baru-baru ini kembali menegaskan hal ini. Beliau menyatakan dengan lugas bahwa Sains Teknologi Nasional akan menjadi arah strategis utama pembangunan kita, khususnya dalam perjalanan menuju impian Indonesia Emas 2045.
Visi Besar untuk Indonesia Emas 2045: Ilmu Pengetahuan Sebagai Ujung Tombak
Bayangkan suasana di Sasana Budaya Ganesa, Institut Teknologi Bandung (ITB), pada Kamis (7/8) lalu. Di tengah-tengah para cendekiawan dan inovator, Presiden Prabowo dengan penuh semangat menyampaikan dukungannya terhadap penyelenggaraan forum sains dan teknologi berskala global. Bagi beliau, forum semacam ini bukan sekadar ajang kumpul-kumpul biasa, melainkan sebuah “wadah penyatuan visi antara ekosistem riset dan dunia usaha untuk menghasilkan inovasi nyata.”
Mengapa ITB dipilih sebagai lokasi penyampaian visi ini? Tentu saja karena ITB adalah salah satu benteng pendidikan tinggi yang melahirkan banyak inovator dan pemikir di bidang sains dan teknologi. Kehadiran lebih dari 2.200 peserta dalam forum tersebut menunjukkan betapa besarnya antusiasme dan potensi yang kita miliki. Presiden Prabowo menekankan pentingnya menyatukan visi antara para peneliti yang sibuk di laboratorium dengan para pelaku usaha yang memahami pasar. Tujuannya jelas: mendorong lahirnya inovasi yang tidak hanya keren di atas kertas, tapi juga konkret dan berdampak langsung pada kemajuan bangsa.
Mengapa Sains dan Teknologi Jadi Jantung Pembangunan?
Pertanyaan ini mungkin muncul di benak kita. Di tengah berbagai tantangan pembangunan, mengapa sains dan teknologi harus menjadi prioritas utama? Jawabannya sederhana, namun sangat fundamental. Di era globalisasi yang semakin kompetitif ini, negara yang mampu menguasai dan mengembangkan sains serta teknologi adalah negara yang akan memimpin. Inovasi adalah kunci untuk meningkatkan produktivitas, menciptakan nilai tambah ekonomi, dan menyelesaikan berbagai masalah kompleks yang dihadapi masyarakat.
Dari energi terbarukan hingga kesehatan digital, dari pertanian presisi hingga smart cities, semua membutuhkan sentuhan sains dan teknologi. Investasi di bidang ini bukan hanya tentang membangun infrastruktur fisik, tetapi juga membangun ‘infrastruktur’ pengetahuan dan inovasi yang akan menopang pertumbuhan berkelanjutan. Tanpa basis Sains Teknologi Nasional yang kuat, cita-cita Indonesia Emas 2045 akan sulit terwujud. Kita akan terus menjadi konsumen, bukan produsen. Kita akan tertinggal, bukan memimpin.
Kolaborasi: Menyatukan Otak dan Modal
Salah satu poin krusial yang ditekankan Presiden Prabowo adalah pentingnya kolaborasi antara dunia riset dan dunia usaha. Seringkali, ada jurang pemisah antara temuan ilmiah di laboratorium dengan implementasi nyata di industri. Forum global yang digagas ini bertujuan untuk menjembatani jurang tersebut. Para ilmuwan memiliki ide-ide brilian, sementara pelaku usaha memiliki kapasitas untuk membawa ide-ide itu ke pasar, mengubahnya menjadi produk, layanan, atau solusi yang bisa dirasakan manfaatnya oleh masyarakat.
Bayangkan jika penemuan-penemuan inovatif dari kampus-kampus atau lembaga riset kita bisa langsung diadaptasi dan dikembangkan oleh industri. Akan ada percepatan luar biasa dalam menciptakan produk-produk berteknologi tinggi, meningkatkan efisiensi, dan bahkan menciptakan lapangan kerja baru. Kolaborasi semacam ini juga akan mendorong lahirnya ekosistem inovasi yang sehat, di mana ide-ide baru bisa berkembang biak dan tumbuh menjadi kekuatan ekonomi yang nyata.
Menguatkan Pondasi: Talenta Digital di Era Komdigi
Visi besar ini tentu saja tidak bisa berjalan sendiri. Fondasi utamanya adalah sumber daya manusia, atau yang kini akrab kita sebut sebagai talenta digital. Menteri Komunikasi dan Digital (Komdigi), Meutya Hafid, turut memberikan kabar gembira terkait komitmen pemerintah dalam memperkuat pembangunan talenta digital nasional.
“Kami tidak ingin ada yang tertinggal di tengah pesatnya digitalisasi,” tegas Meutya. Ini adalah komitmen yang patut diacungi jempol. Era digitalisasi memang membawa banyak peluang, namun juga risiko ketertinggalan bagi mereka yang tidak siap. Oleh karena itu, investasi pada pengembangan talenta digital menjadi sangat krusial.
Gebrakan STMM dan DTS: Menyiapkan SDM Unggul
Salah satu langkah nyata yang diambil oleh Kemkomdigi adalah membuka enam program studi baru di STMM ‘MMTC’ Yogyakarta. Ini bukan sekadar penambahan jurusan, melainkan penyesuaian kurikulum yang relevan dengan kebutuhan industri digital masa depan. Enam prodi baru di bidang digital ini sedang dalam tahap penyusunan kurikulum yang matang, diharapkan akan menghasilkan lulusan-lulusan yang siap tempur di dunia kerja yang terus berubah.