
Suriah Vs Israel Memanas, AS Desak Deeskalasi dan Dialog Langsung
AS Mendorong Deeskalasi, Trump Desak Dialog Langsung
Respons cepat datang dari Amerika Serikat. Meski merupakan sekutu dekat Israel, Pemerintahan Donald Trump menunjukkan sikap hati-hati. Menteri Luar Negeri AS Marco Rubio menyatakan keprihatinan mendalam atas serangan tersebut dan menyatakan bahwa AS mendorong segera dihentikannya pertempuran.
Lebih jauh lagi, Utusan Khusus AS untuk Suriah, Tom Barrack, langsung menghubungi Penasihat Netanyahu, Ron Dermer, untuk mendorong deeskalasi.
“Kami mengatakan kepada Israel untuk menahan diri dan menarik napas,” kata Barrack, dikutip dari Axios.
Pemerintahan AS bahkan mendorong pembicaraan langsung antara Israel dan Suriah, sesuatu yang hampir tidak pernah terdengar dalam beberapa tahun terakhir. Upaya ini menunjukkan bahwa bahkan bagi Washington, eskalasi terbaru ini dianggap terlalu berbahaya untuk dibiarkan berlarut-larut.
Sinyal Perang Proksi Baru?
Serangan ini tidak bisa dipisahkan dari konteks geopolitik yang lebih luas. Suweida dan Dataran Tinggi Golan menjadi titik panas bentrokan etno-sektarian, kepentingan intelijen Israel, dan keterlibatan milisi asing dari berbagai kubu. Jika sebelumnya Suriah menjadi panggung benturan antara AS, Rusia, dan Iran, kini Israel kembali masuk gelanggang secara terang-terangan.
Netanyahu mungkin sedang memainkan politik perlindungan etnis sebagai legitimasi, tapi bagi Damaskus, serangan ini adalah pelecehan terhadap kedaulatan negara. Apalagi targetnya bukan sekadar markas milisi, tapi pusat-pusat pemerintahan yang sah.
Ancaman Lebih Luas di Timur Tengah
Serangan ini juga memperburuk ketegangan regional di saat Timur Tengah masih bergulat dengan ketidakstabilan pasca serangan Iran ke Israel, konflik di Yaman, serta tensi di Selat Hormuz. Dunia internasional kini dihadapkan pada risiko perang terbuka antara Israel dan Suriah, atau bahkan keterlibatan Iran dan Rusia yang dikenal sebagai sekutu setia Damaskus.
