
Trump Resmi Umumkan Serangan Besar ke Iran: “Perang Dunia 3 Dimulai?”
Eskalasi Konflik dan Keputusan Trump
Selama ini, Trump dikenal sebagai figur politik yang ambivalen terhadap campur tangan militer di Timur Tengah. Bahkan pada masa jabatan pertamanya, ia berjanji akan mengakhiri “perang tanpa akhir” di kawasan tersebut.
Namun kini, AS kembali terlibat aktif. Dengan menggempur fasilitas nuklir Iran, AS secara resmi menempatkan dirinya dalam konflik bersenjata terbuka, bukan hanya sebagai penyokong Israel, tetapi juga sebagai pelaku serangan langsung terhadap negara musuhnya.
Langkah ini menjadi klimaks dari bulan-bulan ketegangan diplomatik dan strategi tarik-ulur yang dilakukan pemerintahan Trump terhadap Iran. Sebelumnya, Presiden AS itu juga dilaporkan sempat mendesak Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu untuk menunda serangan ke Iran—upaya yang kini terlihat gagal.
Target Lama, Masalah Baru
Perlu diingat, ini bukan pertama kalinya Iran dan nuklirnya menjadi titik konflik antara AS dan dunia internasional. Sejak perjanjian nuklir 2015 yang ditengahi oleh pemerintahan Obama dan sekutu-sekutunya, Iran terus dikritik karena dianggap tidak transparan dalam pengayaan uranium dan kemampuan nuklirnya.
Trump secara terbuka menentang perjanjian itu dan menarik AS keluar sejak masa jabatan pertamanya, menyebutnya tidak cukup kuat untuk membatasi ambisi Iran.
Kini, melalui kekuatan militer, Trump menyampaikan pesan keras: program nuklir Iran adalah garis merah yang tidak boleh dilewati. Dan jika dilewati, maka tanggapan militer AS bisa datang tanpa aba-aba.
Apa Selanjutnya?
Meskipun Trump menyerukan perdamaian di akhir pernyataannya, namun dunia menyaksikan bahwa eskalasi ini sudah mencapai level yang belum pernah terjadi sejak konfrontasi AS-Iran terakhir di era 2020-an.
Iran belum mengeluarkan pernyataan resmi selain mengecam tindakan AS. Tapi satu hal yang pasti, serangan balik kemungkinan besar akan datang. Baik dari Iran langsung, atau melalui jaringan proksi dan sekutu regionalnya seperti Hizbullah dan Houthi.
Apakah Trump benar-benar menginginkan perdamaian? Ataukah ini hanya awal dari babak baru konflik besar di Timur Tengah?
Waktu yang akan menjawab, tetapi dunia kini menahan napas—karena sejarah telah mengajarkan bahwa satu bom besar bisa memicu rangkaian peristiwa yang tak bisa dikendalikan siapa pun.