Midlife Crisis dan Quarter Life Crisis: Dua Sisi Keresahan yang Tak Pernah Dibahas Tuntas

Midlife Crisis dan Quarter Life Crisis: Dua Sisi Keresahan yang Tak Pernah Dibahas Tuntas

“Umur segini, kok aku belum jadi siapa-siapa?”

Mental Health – Kalimat itu bisa keluar dari mulut siapa saja — seorang anak muda 25 tahun yang bingung arah hidup, atau seseorang berusia 45 tahun yang merasa hidupnya tak lagi punya tujuan. Yang satu disebut quarter life crisis, yang lainnya midlife crisis. Dua fase yang sering dianggap berbeda, tapi sebenarnya punya rasa yang sama: gelisah, takut, dan kehilangan arah.

Quarter Life Crisis: Antara Ambisi dan Kebingungan

Kamu yang Gen Z, mungkin sedang menjalani fase ini. Lulus kuliah, tapi pekerjaan tak kunjung cocok. Punya banyak mimpi, tapi realita kejam. Media sosial menampilkan kesuksesan orang lain seperti kecepatan kilat, sementara kamu masih sibuk menyusun CV.

Di fase ini, krisis identitas datang bukan karena kegagalan, tapi karena ekspektasi yang terlalu tinggi — dari diri sendiri, keluarga, bahkan algoritma media sosial. Kamu mulai bertanya:

  • Apa passion-ku?
  • Apakah pekerjaan ini cukup?
  • Apa aku harus menikah sekarang?
  • Kenapa orang lain terlihat lebih bahagia?

Dan dari situ, muncul rasa cemas yang sulit dijelaskan. Kamu mulai mempertanyakan segalanya, termasuk dirimu sendiri.

Midlife Crisis: Ketika Hidup Tak Lagi Tentang Mengejar

Sementara itu, mereka yang sudah menginjak usia 40-an menghadapi versi krisis yang berbeda tapi tak kalah pelik. Karier sudah mapan, anak mungkin sudah sekolah, rumah mungkin sudah dicicil. Tapi justru di tengah semua “keteraturan” itu, muncul kekosongan.

Pertanyaannya berubah:

  • Apakah ini hidup yang aku inginkan?
  • Apa yang tersisa untuk dikejar?
  • Kenapa rasanya hampa?
  • Masih adakah ruang untuk bermimpi?

Midlife crisis sering kali datang tanpa suara. Ia hadir dalam bentuk lelah, perasaan gagal tak terlihat, atau rasa menyesal atas keputusan-keputusan masa lalu.

Baca Juga  Deretan Wilayah Israel Yang Hancul Lebur Dihantam Rudal Iran

Persimpangan Rasa yang Sama

Meski berbeda usia, quarter life dan midlife crisis sama-sama membuat kita merasa:

  • Takut akan masa depan
  • Bingung dengan identitas diri
  • Terjebak dalam rutinitas yang terasa asing
  • Ingin berubah, tapi takut

Keduanya adalah momen ketika kita berhenti sejenak dan menengok ke dalam — bukan ke luar.

Mengapa Krisis Ini Jarang Dibahas dengan Jujur?

Karena kita hidup di zaman pencitraan. Kita belajar menyembunyikan rasa takut agar tetap terlihat tangguh. Kita tak ingin disebut lemah. Padahal, mengakui sedang bingung adalah keberanian paling murni.

Generasi muda diajarkan untuk sukses cepat. Generasi dewasa diajarkan untuk tetap kuat. Hasilnya? Kita semua lelah, tapi malu mengakuinya.

Cara Menghadapi Quarter dan Midlife Crisis

  • Kenali Emosi: Jangan buru-buru mengusir rasa tidak nyaman. Duduklah bersamanya, dengarkan pesannya.
  • Kurangi Perbandingan: Media sosial hanya menampilkan highlight hidup orang lain, bukan realitanya.
  • Buat Rencana Kecil: Kamu tak harus tahu lima tahun ke depan. Mulailah dari minggu ini.
  • Bicara dengan Orang yang Dipercaya: Kadang kamu hanya butuh didengar, bukan dihakimi.
  • Berani Mengubah Hal Kecil: Ubah rutinitas, coba hobi baru, atau sekadar rehat dari layar.

Pelajaran untuk Dua Generasi

Buat kamu yang 20-an: kamu tak harus menemukan semua jawabannya sekarang. Kegelisahanmu valid. Dunia ini memang belum selesai dibentuk.

1
2
CATEGORIES
TAGS
Share This

COMMENTS

Wordpress (0)
Disqus ( )