
Anxiety Bukan Trend: Luka yang Nyata di Balik Feed Instagram
Feed Cantik, Pikiran Berantakan Ini Realita Anxiety Gen Z
Mental Health – Dari luar, hidup mereka tampak sempurna. Estetika feed Instagram serba pastel, caption penuh afirmasi, tawa dalam video TikTok. Tapi ketika layar dimatikan, banyak Gen Z yang kembali bergulat dengan rasa cemas yang tidak mereka pahami sepenuhnya. Bukan karena ikut-ikutan. Bukan karena ingin viral. Tapi karena luka yang nyata.
Media Sosial dan Tekanan Jadi ‘Versi Terbaik Diri’
Gen Z lahir dalam dunia digital. Mereka tidak mengenal hidup tanpa internet. Media sosial bukan hanya alat komunikasi, tapi juga identitas. Di sinilah sering muncul masalah.
Setiap unggahan seperti ajang pembuktian. Harus terlihat bahagia. Harus terlihat produktif. Harus terlihat menarik. Tapi tidak semua bisa terus bertahan dalam standar kesempurnaan yang tidak manusiawi itu.
“Kadang aku ngerasa, aku hanya hidup untuk bikin konten. Tapi aku sendiri nggak tahu siapa aku sebenarnya.”
Self-Diagnosis dan Normalisasi Kecemasan
Fenomena lainnya adalah self-diagnosis. Banyak Gen Z mencari tahu gejala kecemasan lewat TikTok atau Twitter. Ini membawa dua sisi:
- Positif: mereka jadi sadar akan kondisi mental.
- Negatif: kadang mereka merasa anxiety itu bagian dari gaya hidup. Padahal, rasa cemas yang terus mengganggu butuh penanganan lebih dari sekadar video 60 detik.
Ada garis tipis antara kesadaran dan glorifikasi. Di sinilah pentingnya edukasi.