
Google Diperiksa Terkait Dugaan Korupsi Pengadaan Chromebook Sekolah
Pemufakatan Jahat?
Dalam pernyataannya, penyidik Jampidsus Kejagung menyebut bahwa terdapat dugaan kuat soal pemufakatan jahat di balik proyek ini, mulai dari tahap pengadaan hingga eksekusi barang.
“Dalam peristiwa itu, dugaan pemufakatan jahat dalam pengadaan alat TIK senilai Rp9,9 triliun tersebut sangat kuat,” ungkap Harli.
Dengan kata lain, proyek yang awalnya bertujuan memajukan digitalisasi pendidikan nasional, kini justru diduga menjadi ladang permainan uang dan pengkondisian vendor.
Peran Google: Pasif atau Tahu?
Pemeriksaan Google tidak serta-merta menuduh mereka sebagai pihak yang terlibat dalam korupsi. Namun, karena produk dan sistem mereka digunakan sebagai inti proyek, maka kerjasama teknis, pola distribusi, hingga dukungan layanan dari pihak Google menjadi hal penting dalam menyelidiki rantai tanggung jawab.
Pertanyaan krusialnya adalah:
-
Apakah Google tahu Chromebook tidak cocok dengan infrastruktur Indonesia saat proyek dirancang?
-
Apakah Google memberi masukan teknis atau peringatan kepada mitra lokal atau pemerintah?
-
Sejauh mana Google terlibat dalam proses tender, pengadaan, dan distribusi perangkat?
Akankah Kasus Ini Meluas?
Kemungkinan besar ya. Dengan nilai proyek mencapai Rp9,9 triliun, kasus ini bukan hanya menyentuh isu korupsi pengadaan biasa, tapi juga menyangkut arus kebijakan, tata kelola pendidikan, dan keterlibatan korporasi global dalam proyek-proyek pemerintah.
Bila terbukti ada skenario rekayasa atau kolusi antara vendor, kementerian, dan bahkan mitra luar negeri, maka kasus ini bisa menjalar ke ranah politik, diplomasi, dan kepercayaan publik terhadap agenda digitalisasi nasional.
Siapa yang Bertanggung Jawab atas Pendidikan Kita?
Kasus Chromebook ini membuka babak baru dalam sejarah pengadaan TIK di Indonesia. Ia menunjukkan betapa pengadaan teknologi tidak bisa hanya didasarkan pada brand atau janji efisiensi digital. Tanpa pemahaman akan ekosistem lokal, proyek semahal apa pun bisa berubah jadi beban.
Kini masyarakat menunggu:
-
Apakah akan ada penetapan tersangka?
-
Apakah Google akan berikan penjelasan resmi?
-
Dan, yang lebih penting: siapa yang benar-benar bertanggung jawab atas rusaknya mimpi digitalisasi sekolah kita?