Jabodetabek Mahal! Rp 1,9 Juta Sebulan Hanya untuk Ongkos ke Kantor

Jabodetabek Mahal! Rp 1,9 Juta Sebulan Hanya untuk Ongkos ke Kantor

Realitas Pahit “Budak Korporat” di Jabodetabek yang Gajinya Terkikis Transportasi

Pagi belum benar-benar mekar, tapi jalanan sudah ramai oleh lautan manusia yang bergerak menuju satu tujuan: tempat kerja. Dari ujung Bekasi, hingga ke sudut Jakarta Selatan, dari lembah Depok ke rel KRL di Bogor, para pekerja urban bergerak seperti semut yang membawa beban masing-masing. Namun, di balik semua itu, ada kisah yang tak terlihat di neraca ekonomi keluarga: ongkos transportasi yang mencekik.

Bagi banyak orang di Jabodetabek, perjalanan ke kantor bukan sekadar rutinitas, melainkan perjuangan harian yang menguras fisik, waktu, dan dompet. Gaji bulanan yang seharusnya bisa dibagi untuk tabungan, makan sehat, atau sekadar hiburan, malah habis di jalan.

Dari Ojek, Busway, LRT, hingga Jalan Kaki: Strategi Bertahan Hidup Urban

Sry Dewindi, seorang karyawan swasta yang tinggal di Bekasi Timur, sudah hafal betul dengan strategi bertahan di Jakarta. Jadwal kerja yang mengharuskannya masuk pagi membuat dia harus pintar-pintar memilih moda transportasi agar tidak jebol sebelum tanggal gajian.

Ia mulai dengan ojek online ke Halte Transjakarta Bekasi Timur, lalu menyambung bus ke Cawang BNN. Dari sana, dia naik LRT ke Pancoran dan lanjut lagi dengan busway ke Halte Denpasar. Ongkosnya bervariasi antara Rp 32.000 hingga Rp 35.600 per hari. Jika dikalikan sebulan, biaya yang ia keluarkan hanya untuk berpindah tempat kerja mencapai Rp 534.000 – Rp 550.000.

Namun angka itu tak seberapa jika dibandingkan dengan Galuh, jurnalis media yang tinggal di Limo, Depok. Mobilitasnya tinggi, lokasi liputan yang tak menentu, membuat Galuh harus mengeluarkan hingga Rp 1,8 juta per bulan hanya untuk transportasi.

Baca Juga  Pernyataan Sikap Ketua DPRD KAB. BREBES M.TAUFIK Terkait Demo Tenaga Medis Kabupaten Brebes

“Saya bisa naik angkot Rp 8.000, lanjut Transjakarta Rp 3.500, terus naik MRT Rp 14.000, lalu ojol Rp 15.000. Pulang-pergi bisa tembus Rp 80.000 sehari,” jelas Galuh. Jika sedang tidak memungkinkan, Galuh tak segan menumpang teman atau berpindah ke KRL. Tapi tetap saja, angka pengeluaran tak pernah bisa ditekan jauh.

Bekasi dan Depok, Kota dengan Ongkos Transportasi Tertinggi di Indonesia

Fenomena ini bukan sekadar anekdotal. Data Kementerian Perhubungan (Kemenhub) membuktikan bahwa warga Bekasi menanggung beban ongkos transportasi paling mahal di Indonesia. Menurut Dirjen Integrasi Transportasi Multimoda Kemenhub, Risal Wasal, warga Bekasi menghabiskan rata-rata Rp 1,918 juta per bulan per orang hanya untuk transportasi.

Depok menyusul di posisi kedua dengan angka Rp 1,802 juta, lalu Jakarta sebesar Rp 1,590 juta, dan Bogor di angka Rp 1,235 juta per bulan.

Itu artinya, hampir 20-30 persen penghasilan UMR warga Jabodetabek habis di jalan. Dan bagi mereka yang gajinya pas-pasan, ini berarti hidup dalam kondisi “berjalan di atas seutas benang”, antara bekerja atau sekadar bertahan.

1
2
CATEGORIES
TAGS
Share This

COMMENTS

Wordpress (0)
Disqus ( )