Kisah Dua Nasib di Jurang Rinjani: Juliana Gugur, Paul Selamat

Kisah Dua Nasib di Jurang Rinjani: Juliana Gugur, Paul Selamat

“Saya rela mematahkan semua tulang saya asal keluar hidup-hidup. Jika perlu membuat perjanjian dengan Tuhan atau Iblis, saya akan lakukan.”

Kini ia merasa lega dan bersyukur, tetapi juga mengingatkan bahwa medan Rinjani bukan untuk sembarang pendaki. Dalam situasi mendaki gunung aktif, keselamatan bukan hanya soal persiapan pribadi, tapi juga sistem kolektif yang bekerja.

Perlu Reformasi Sistemik

Kisah Paul Farrell dan Juliana Marins harus menjadi pemantik reformasi menyeluruh pada sistem keselamatan wisata petualangan di Indonesia. Beberapa langkah konkret yang dapat diterapkan antara lain:

  • Sertifikasi wajib dan audit rutin untuk operator wisata dan pemandu gunung.

  • Peningkatan sarana evakuasi cepat, seperti shelter darurat dan titik komunikasi radio.

  • Kontrol ketat terhadap jalur pendakian ilegal dan operator wisata tak terdaftar.

  • Peningkatan transparansi SOP dan pelaporan kejadian kecelakaan.

Jika tidak ada perubahan nyata, bukan tidak mungkin Paul dan Juliana hanya menjadi dua nama dari daftar panjang pendaki asing yang menjadi korban sistem yang gagal.

Rinjani, Lebih dari Sekadar Puncak

Gunung Rinjani menawarkan keindahan tiada tara, tetapi juga menyimpan risiko yang nyata. Dua kisah yang nyaris identik, namun berakhir berbeda, menjadi cermin besar bagi pengelola wisata alam di Indonesia.

Keselamatan seharusnya bukan soal keberuntungan.
Keselamatan seharusnya adalah sistem yang bekerja.

Baca Juga  Lego dari Presiden: Cerita Hangat Bocah Keturunan Indonesia di Rusia
1
2
CATEGORIES
TAGS
Share This

COMMENTS

Wordpress (0)
Disqus ( )