Iran Serang Pangkalan AS di Qatar, Ketegangan Timur Tengah Masuki Lembaran Baru

Iran Serang Pangkalan AS di Qatar, Ketegangan Timur Tengah Masuki Lembaran Baru

Rudal Iran Mengguncang Pangkalan AS di Qatar

 

Berita Politik Senin malam waktu setempat, ketegangan di Timur Tengah kembali memuncak. Iran meluncurkan serangan rudal ke pangkalan militer Amerika Serikat di Qatar sebagai respons terhadap serangan AS ke tiga fasilitas nuklir Iran di Fordow, Natanz, dan Isfahan.

Serangan ini menandai eskalasi langsung antara Teheran dan Washington, memperluas cakupan konflik yang semula berakar dari perang antara Israel dan Iran.

Meski serangan itu menyebabkan ketegangan baru, tak lama kemudian Presiden AS Donald Trump mengklaim bahwa Iran dan Israel telah sepakat melakukan gencatan senjata.

Jika pernyataan itu benar, maka rudal Iran yang menghantam Qatar kemungkinan besar hanya “pesan simbolik”—sebuah show of force yang mempertegas bahwa Iran tidak akan membiarkan wilayahnya diserang tanpa balasan.

Serangan Simbolik di Negeri Sahabat

Menariknya, Iran memilih menyerang Qatar, negara Teluk yang justru memiliki hubungan baik dengan Teheran. Dibandingkan pangkalan AS di Arab Saudi, UEA, atau Oman, Qatar dianggap sebagai pilihan paling ‘aman’ untuk menyampaikan pesan kekuatan tanpa memprovokasi eskalasi besar-besaran.

Namun, pemerintah Qatar merespons dengan keras, menyebut aksi itu sebagai pelanggaran kedaulatan wilayah. Ini menunjukkan bahwa bahkan sahabat Iran sekalipun tak siap menoleransi perang yang melewati batas wilayah mereka.

Saling Tangkap Pesan: AS dan Iran Masih Waras?

Menurut Trump, Iran “hanya menyerang dengan serangan yang lemah.” Dalam logika perang modern, ini dapat diartikan sebagai sinyal politik, bukan aksi militer agresif sepenuhnya. Sebaliknya, Iran pun menangkap pesan dari serangan AS sebelumnya: jika mereka tidak merespons, maka mereka akan terlihat lemah di dalam dan luar negeri.

Baca Juga  Parlemen Iran Setujui Usulan Penutupan Selat Hormuz Usai Serangan AS

Iran tahu bahwa ketidakbalasan bisa membuka jalan bagi destabilisasi internal, bahkan potensi penggulingan rezim.

Bayangan Kudeta dan Trauma Rezim-Rezim Jatuh

Dalam benak para pemimpin Iran, sejarah penuh dengan contoh penggulingan rezim oleh kekuatan eksternal: dari Saddam Hussein di Irak, Muammar Gaddafi di Libya, hingga percobaan terhadap Bashar al-Assad di Suriah.

1
2
CATEGORIES
TAGS
Share This

COMMENTS

Wordpress (0)
Disqus ( )