Iran Serang Pangkalan AS di Qatar, Ketegangan Timur Tengah Masuki Lembaran Baru

Iran Serang Pangkalan AS di Qatar, Ketegangan Timur Tengah Masuki Lembaran Baru

Mereka tahu betul bahwa kegagalan menunjukkan kekuatan hanya akan mempercepat skenario keruntuhan seperti yang menimpa Shah Iran pada 1979—rezim pro-AS yang akhirnya tumbang lewat Revolusi Islam.

Maka dari itu, bagi Iran, membalas adalah urusan hidup dan mati.

Efek Domino ke Korea Utara, Rusia, dan China

Situasi ini juga diamati ketat oleh Korea Utara, yang punya pengalaman serupa: bertahun-tahun sanksi dan tekanan dari Barat. Bagi Kim Jong Un, aksi AS di Iran bisa ditafsirkan sebagai peringatan keras atau justru dorongan untuk mempercepat program nuklir.

Dan jika Korea Utara merasa terancam, China dan Rusia yang berbatasan langsung tentu tidak akan tinggal diam. Seperti yang terjadi pada Perang Korea di tahun 1950-an, mereka tidak ingin “moncong senjata” musuh berada di depan muka mereka.

China dan Rusia juga sangat gelisah dengan retorika “regime change” yang sering dibawa AS—biasanya bukan demi demokrasi, tapi mengamankan kepentingan geopolitik.

Demokrasi Palsu dan Sejarah Gelap Penggulingan Rezim

Retorika demokrasi yang dibawa AS seringkali hanya pembungkus belaka. Dalam sejarahnya, penggulingan rezim oleh AS sering kali berujung pada lahirnya diktator baru, bukan demokrasi yang sehat.

Contohnya banyak: Augusto Pinochet di Chile (1973) menggulingkan Salvador Allende, atau Carlos Castillo Armas di Guatemala (1954) menggulingkan Jacobo Arbenz. Semua atas dalih melawan komunisme atau demi kestabilan kawasan.

Ancaman terhadap Pakistan dan Dominasi Israel

Kini Iran tidak hanya berperang untuk dirinya sendiri. Negara-negara sekutu atau simpatisan Iran seperti Pakistan juga mulai khawatir. Meski Pakistan adalah sekutu AS, mereka memiliki senjata nuklir dan bisa jadi target berikutnya jika Israel merasa Iran telah “dinetralisir.”

Baca Juga  Iran Tangkap 223 Orang Diduga Mata-mata Israel, Perang Intelijen Semakin Memanas

Israel sangat menjaga dominasi nuklir mereka di kawasan. Dengan AS sebagai pelindung, mereka bebas bergerak—menyerang tetangga tanpa risiko sanksi internasional berarti.

Penutup: Gencatan Senjata atau Sekadar Jeda?

Apakah perang akan benar-benar berhenti? Jawabannya masih menggantung. Jika Trump benar bahwa Iran dan Israel telah menyepakati gencatan senjata, maka dunia bisa sedikit bernapas lega. Tapi jika tidak, maka dunia harus bersiap menghadapi eskalasi yang lebih luas, bahkan kemungkinan perang global baru.

Yang pasti, perang simbolik ini sudah menunjukkan bahwa para pemimpin—baik di Teheran, Tel Aviv, maupun Washington—masih memahami pentingnya membaca dan menangkap pesan lawan. Dan itu, mungkin satu-satunya hal yang sejauh ini menyelamatkan dunia dari bencana yang lebih besar.

Ikuti terus serial “Geopolitik Timur Tengah 2025” di SuaraBrebes.com – untuk memahami lebih dalam konflik, strategi, dan dampaknya terhadap dunia, termasuk Indonesia.

1
2
CATEGORIES
TAGS
Share This

COMMENTS

Wordpress (0)
Disqus ( )