Suara Brebes, Brebes – Wahyudin Noor Aly (Goyud), anggota DPRD Propinsi Jawa Tengah ini mengkritisi penyelengaraan pemilu legislatif yang baru selesai pada 14 Februari 2024 silam. Baginya, dengan diselenggarakannya pemilu yang memilih wakil rakyat untuk duduk di kursi parlemen, baik di tingkat pusat hingga daerah, adalah meningkatkan keterwakilan masyarakat sehingga dapat secara aktif terlihat dalam proses pengambilan kebijakan secara tidak langsung.
Goyud, menjelaskan bahwa dengan 8 wakil rakyat di DPR Pusat, 12 di DPRD Propinsi hingga 50 di DPRD kabupaten, belum sepenuhnya dapat dimanfaatkan secara optimal oleh 1,6 juta konstituennya. Hal ini disampaikan dalam kegiatan “ Sosialisasi Kebijakan Melalui Media Tradisional” di Gandasuli, Brebes pada Sabtu (15/06/2024).
“ Secara pribadi, saya sedih dengan pemilu kemarin. Kesedihan ini karena apabila saya berpikir waras, maka justru saya akan menjadi orang yang tidak waras. Namun bila kita menggunakan akal tidak waras, kita bisa menjadi tahu”, ungkapnya.
Lebih jauh di jelaskan olehnya, “Bila masyarakat kita paham tentang pemilu, maka pemilu itu bukan kalah menang, tapi terbangunnya akses masyarakat kedalam pemerintahan. Semakin banyak keterwakilan masyarakat di parlemen, semestinya memperluas atau memperbanyak akses bagi Brebes dalam kebijakan pemerintah khususnya terkait dengan pembangunan di wilayah ini”.
“Sayangnya, masyarakat kita belum sampai sejauh itu. Pemilu masih dianggap sebagai hal kalah dan menang”, ujarnya. “Hal ini membuat hasil pemilu kemarin menjadi tidak logis. Terdapat 8 anggoata DPR RI, yang menjadi anggota parlemen selama satu periode hingga tiga periode. Dari 8 anggota tersebut, hanya 7 yang mencalonkan kembali ikut dalam Pileg 2024. Asumsi saya dengan logika yang waras adalah ketujuh caleg tersebut tentu akan mudah meraup suara masyarakat. Mengingat dua sudah berinteraksi dan bersosialisasi dengan masyarakat selama 5 tahun hingga ada yang 15 tahun. Artinya, dibandingkan dengan calon lain yang baru mencalonkan diri, dengan latar belakang baru dan kinerja yang masyarakat juga tidak tahu, maka akan mudah bagi incumbent untuk mengungguli calon baru ini” jelas politisi dari Partai Amanat Nasional (PAN) ini.
“Namun fakta kemudian menunjukkan bahwa 7 anggota DPR RI untu perolehan suaranya lebih sedikit dibandingkan dengan calon baru tersebut. Ini menjadi sesuatu yang tidak logis bagi saya, bagaimana seseorang yang baru berinteraksi dengan masyarakat sekitar 5 bulan, mengungguli perolehan seseorang yang telah berinteraksi 5 hingga 15 tahun”, urainya.
Hal inilah yang menurut Goyud, membuat akal waras kita “tidak nyambung” dalam menerima fakta-fakta ini. Sebaliknya, jika menggunakan pendekatan akal “tidak waras”, maka fenomena ini akan mudah di terima. Ia berharap dengan kegiatan sosialisasi yang dilakukannya, dapat meningkatkan pendidikan politik dan pada akhirnya partisipasi politik masyarakat juga naik dan menjadikan Brebes lebih baik dimasa yang akan datang.